Sebelum berinvestasi, kami sarankan Anda untuk mempelajari dan membaca syarat dan ketentuan berinvestasi dengan cermat
Bursa global mayoritas mengalami strong rebound pada perdagangan Kamis kemarin (10/4) setelah Presiden AS Donald Trump yang mengumumkan penundaan implementasi tarif resiprokal selama 90 hari, kecuali bagi China yang tarifnya langsung dinaikkan menjadi 125% akibat melakukan retaliasi. Bursa Asia mengalami penguatan yang tercermin dari kenaikan Nikkei +9.13%, Kospi +6.60%, Shen Zhen +2.25% dan Hang Seng +2.06%. Hal serupa juga dialami bursa Asia Tenggara yang tercermin dari kenaikan indeks Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina secara bersamaan. Bergeser ke Eropa, indeks STOXX 600 menguat +3.70% didorong oleh kenaikan indeks sektor perbankan dan komoditas dasar masing-masing sebesar +5.15% & +3.79%. Namun, Wall Street mengalami penurunan tajam masing-masing sebesar Dow Jones -2.50%, S&P -3.46%, dan Nasdaq -4.31%. Penurunan indeks-indeks AS pada sesi perdagangan tadi malam, disebabkan oleh masih tingginya ketidakpastian kebijakan tarif Trump, apalagi Ketika Gedung Putih mengumumkan tarif impor China yang sebenarnya adalah 145%, termasuk tarif yang ditetapkan sejak periode Pertama Trump. Rilis data CPI AS bulan Maret yang lebih rendah dibandingkan konsensus sebesar 2.40% YoY (Feb: 2.50% YoY; Cons: 2.80% YoY) bahkan tidak dapat menenangkan kekhawatiran para pelaku pasar. Namun, penurunan tekanan inflasi AS membuka peluang bagi the Fed untuk melakukan intervensi lebih awal jika perekonomian AS menghadapi risiko resesi yang sangat serius.
IHSG juga mencatat strong rebound dengan penguatan sebesar +4.79% ke level 6,254 pada perdagangan kemarin. Dari segi sektoral, seluruh sektor IHSG menguat dipimpin oleh sektor industri dasar, siklikal, dan energi masing-masing +7.03%, +6.11%, dan +5.51%. Akan tetapi, Investor asing masih melakukan net sell sebesar Rp 631.8bn (9/4: Rp 1,045.8bn) di pasar reguler untuk tiga hari perdagangan berturut-turut. Tiga saham yang paling banyak dijual oleh asing adalah BMRI Rp 533.3bn, BBNI Rp 212.9bn, dan BBRI Rp 188.0bn. Dengan mempertimbangkan aksi net sell asing yang masih terus berlanjut, serta indeks EIDO ETF yang melemah -0.76%, kami memperkirakan IHSG akan bergerak melemah pada perdagangan hari ini.
Penguatan ini berpotensi berlanjut mengingat IHSG telah breakout resisten pola triangle serta didukung oleh indikator MACD membentuk bullish convergent. Namun sentimen global dari komentar anggota The Fed dan rilis data tenaga kerja AS bisa menahan penguatan IHSG (6680-6750).
Pada bulan ini, isu utama global adalah bagaimana keberlanjutan dari proses Brexit. Apabila ‘no-deal Brexit’ secara resmi terimplementasi, maka tidak menutup kemungkinan outlook perekonomian global semakin negatif. Isu lainnya yang menjadi perhatian pada bulan April ini ialah progres dari negosiasi dagang antara AS-Tiongkok, yang mana pada bulan Maret sudah mulai menunjukan progres, ditandai oleh adanya intensi dari pemerintah Tiongkok untuk membuka pasar keuangannya.
Bulan April ini merupakan salah satu bulan yang cukup krusial, yaitu bulan di mana Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 terselenggara. Meskipun demikian, dampak pemilu terhadap perekonomian tidak akan langsung terjadi di bulan April ini, mengacu pada dampak pemilu di gelaran 3 pemilu sebelumnya. Nilai tukar Rupiah pada bulan ini akan bergerak stabil pada kisaran Rp 14.169 - Rp 14.229
Pendapatan MEDC tumbuh 89% secara YoY pada 9M22 menjadi USD 1.8 Milliar, Kinerja Upper line 9M22 berada dibawah proyeksi 2022 MCS Research dengan pendapatan terbesar serta pertumbuhan tertinggi dari segmen Migas sebesar 95% dan tumbuh 123% YoY. Adapun kinerja Bottom line diatas ekspektasi MCS Research dan tumbuh 614%. Kami menaikkan target price MEDC menjadi IDR1,300
Maret 2017 terjadi deflasi sebesar 0,02% (MoM) atau berbanding terbalik dengan Februari 2017 yang mengalami inflasi 0,23% (MoM) serta prediksi beberapa ekonom dengan kisaran inflasi sebesar 0,08% (MoM) - 0,37% (MoM). Kelompok bahan makanan memberikan kontribusi deflasi pasca panen raya sekaligus mengurangi tekanan inflasi Januari dan Februari 2017 akibat kenaikan tarif dasar listrik dan STNK. Meskipun demikian, kami menganggap deflasi Maret 2017 bersifat temporer dan memperkirakan April 2017 akan terjadi inflasi dengan level yang rendah secara bulanan yaitu 0,08% (MoM) namun lebih tinggi secara tahunan sebesar 4,42% (YoY). Di tahun 2017, kami memperkirakan inflasi akan sebesar 4,41% atau masih dalam target Bank Indonesia (4±1%). BI 7-Day RRR juga diperkirakan akan dipertahankan pada level 4,75% pada April 2017.
Jadwal Penawaran Umum (Rencana)
Masa Penawaran Umum : 5 Januari - 18 Januari 2023
Tanggal Penjatahan : 3 Februari 2023
Tanggal Distribusi Saham : 6 Februari 2023
Tanggal Pencatatan Saham : 7 Februari 2023
Penawaran Umum Perdana Saham
• Jumlah : 2,934,798,300 Lembar
(23% Modal ditempatkan & disetor)
• Harga Penawaran : Rp. 350 - Rp. 510
• Target dana : Rp. 1.02 Triliun - 1.4 Triliun
• Sektor : IDXFINANC
• Sub-sector : Banks