Salah satu instrumen investasi yang kian naik namanya adalah reksadana, meskipun belum sepopuler saham. Hal ini karena masih banyak mitos reksadana yang beredar, terutama di kalangan masyarakat awam atau yang tinggal di daerah pedesaan.
Banyak orang yang
masih menganggap reksadana itu mirip arisan bodong atau bahkan judi. Padahal
sejatinya, reksadana tidak demikian.
Langsung saja simak
apa saja mitos reksadana yang kerap beredar di masyarakat sekaligus faktanya.
Mitos reksadana
yang paling sering beredar adalah instrumen investasi ini mirip dengan judi
karena hasilnya tidak pasti. Biasanya, pandangan ini muncul di daerah pedesaan
yang mana masyarakat masih awam dengan istilah reksadana hingga definisi
sebenarnya.
Selain itu,
masyarakat pedesaan juga masih terbiasa dengan sesuatu yang hasilnya terlihat
jelas, seperti menabung di bank.
Fakta: Reksadana bukan judi.
Dana pada instrumen
investasi ini dikelola oleh Manajer Investasi profesional yang kemudian
menginvestasikan di berbagai instrumen keuangan seperti saham, obligasi, maupun
deposito. Memang tetap ada risiko fluktuasi, tetapi tetap berdasarkan analisis
data, bukan untung-untungan semata.
Lagipula, kamu
analisis data tersebut akan kamu terima setiap bulannya dalam bentuk fund fact
sheet.
Mayoritas orang
tentu akan ikut khawatir ketika ada ada cerita orang rugi besar di saham.
Alhasil, menganggap semua jenis investasi itu sama.
Fakta: Nilai reksa dana memang bisa naik-turun, tapi uang tidak
langsung “hilang.”
Prinsip investasi
adalah high return-high risk dan semua instrumen investasi memiliki
risiko masing-masing. Nah pada reksadana, risiko terbesarnya adalah penurunan
nilai sementara.
Selain itu, reksa
dana juga diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sehingga lebih aman dibanding
investasi bodong.
Di banyak desa,
investasi selalu dianggap sebagai “hobi” untuk orang yang punya banyak uang.
Alhasil, masyarakat awam merasa kalau modal kecil tidak akan berpeluang apapun.
Fakta: Reksa dana bisa dimulai dari Rp10.000–Rp100.000.
Jadi, semua orang
bisa mulai berinvestasi tanpa harus menunggu jadi orang kaya terlebih dahulu.
Misalnya pada Reksadana Avrist Emerald Stable Fund, minimal pembeliannya adalah
Rp10.000, pun demikian dengan pembelian selanjutnya.
Baca Juga: 8+ Macam Investasi
Beserta Kelebihan dan Kekurangannya, Apa Saja?
Sebagian orang
takut karena menganggap uang yang diinvestasikan akan terikat dan tidak bisa
ditarik. Mengingat setiap individu itu punya kebutuhan masing-masing, sehingga
bisa saja setelah setahun berinvestasi reksadana, individu ternyata membutuhkan
dana tersebut.
Fakta: Reksa dana
sangat likuid.
Biasanya pencairan
hanya butuh 1–3 hari kerja, bergantung produknya. Pada reksadana pasar uang,
pencairan bisa lebih cepat.
Mitos reksadana
yang lain adalah anggapan bahwa investasi yang satu ini bisa langsung
melipatgandakan uang dalam waktu singkat. Secara langsung, berkaitan dengan
mitos “investasi bodong”.
Fakta: Reksa dana adalah investasi jangka menengah–panjang.
Artinya, keuntungan
tidak datang dalam semalam, tetapi butuh waktu agar bunga berbunga (efek
compounding) bisa terasa.
Di pedesaan,
kebanyakan hanya mengenal konsep menabung. Saat ditawari reksadana, mereka
cenderung membayangkannya sama dengan tabungan biasa.
Fakta: Tabungan
berbeda dengan reksadana.
Tabungan memberikan
bunga tetap dan dijamin LPS, sementara reksa dana nilainya bisa naik atau turun
sesuai kondisi pasar. Return reksa dana juga bisa lebih tinggi, tetap tetap ada
risiko.
Masyarakat awam
sering mencampuradukkan reksa dana dengan kasus investasi bodong. Terlebih
lagi, investasi reksadana dikelola oleh suatu lembaga.
Fakta: Reksa dana diawasi OJK.
Artinya, dana
investor tidak disimpan oleh manajer investasi, melainkan oleh bank
kustodian yang fungsinya menjaga keamanan aset. Pengelolaan dana investor
baru dipegang oleh manajer investasi.
Banyak orang merasa
tidak punya kemampuan analisis pasar, sehingga takut berinvestasi. Orang-orang
tersebut cenderung menyamakan reksadana dengan saham, yang mana harus memiliki
pengetahuan membaca grafik saham.
Fakta: Justru analisis dilakukan oleh manajer investasi.
Yap, manajer
investasi lah yang berperan menganalisis, sementara investor cukup memilih
jenis reksa dana sesuai tujuan dan profil risikonya. Bisa dibilang, reksadana
adalah opsi cerdas investor yang sibuk atau belum bisa membaca grafik saham,
tetapi tetap ingin berinvestasi.
Banyak orang masih
mengira bahwa reksadana itu hanya satu produk tunggal.
Fakta: Reksa dana ada beberapa jenis.
Mulai dari
reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, dan
reksadana saham. Masing-masing jenis reksadana itu memiliki risiko
masing-masing yang menyesuaikan profil risiko investor.
Baca Juga: Apa Itu Reksa Dana?
Bisa Jadi Pintu Gerbang Investasi Bagi Pemula
Banyak investor
pemula panik saat harga reksa dana turun sedikit. Alhasil, mereka akan langsung
menarik semua dana begitu saja.
Fakta: Turunnya nilai reksa dana belum tentu kerugian permanen.
Pasar modal itu
selalu memiliki siklus naik,-turun. Justru dengan bertahan, investor bisa
menikmati kenaikan kembali di masa depan.
Sebagian masyarakat
berpikir investasi hanya untuk mereka yang tidak punya usaha sampingan. Ada
juga anggapan bahwa jika sudah investasi reksadana, maka tidak perlu bekerja
lagi.
Fakta: Reksa dana
justru bisa melengkapi.
Jadi, uang hasil
usaha bisa ditempatkan di reksa dana agar nilainya berkembang, sembari tetap
bekerja atau menjalankan usaha.
Baca Juga: Manajer Investasi - Sosok Kapten dalam Kesuksesan Investasi Reksadana