Indeks tampak sedang melanjutkan konsolidasi dan belum mampu bergerak melewati resistance level 6,310. Hal tersebut berpotensi membawa indeks melanjutkan pelemahannya menuju support level 6,175 hingga 6,125. Stochastic berada di wilayah netral dengan kecenderungan melemah. Namun jika indeks berbalik menguat dapat menguji kembali 6,310. Hari ini diperkirakan indeks fluktuatif, melemah terbatas.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah -0.76% ke level 6.241,79 dengan Level tertinggi ada di 6,302 dan terendah di 6,246, dimana IHSG lagi– lagi tidak mampu ditutup di atas level psikologis 6,300.
Nilai transaksi pada Jumat, 26 Februari 2021 sebesar Rp 21,6 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 31 miliar di pasar reguler. Asing melakukan pembelian di saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 289 miliar dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Rp 398 miliar. Sedangkan jual bersih dilakukan asing di saham PT Aces Hardware Indonesia Tbk (ACES) yang dilego Rp 217 miliar dan PT Astra Internasional Tbk (ASII) yang dijual Rp 436 miliar.
Sementara dari mata uang, Rupiah merosot 1,14% di Rp 14.240/US$ di pasar spot dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin. Level tersebut merupakan yang terlemah sepanjang tahun ini. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) diperkirakan bakal mengalami pelemahan pada perdagangan hari ini, Senin (1/3/2021). Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan sinyal negatif dari data eksternal cukup menguatkan indeks dollar sehingga berakibat terhadap melemahnya mata uang rupiah.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melanjutkan reli penguatan selama 3 hari beruntun setelah ditutup menguat pada perdagangan Rabu (3/3/2021). Saham-saham emiten bank big cap menjadi buruan investor asing. Data BEI mencatat, IHSG yang menjadi indeks acuan di Bursa Efek Indonesia ini ditutup naik tipis 0,28% ke posisi 6.376.757 pada penutupan sesi II. IHSG sempat mencapai level tertinggi harian 6.394.
Dari pasar dalam negeri, sentimen positif hadir dari Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati yang kembali memberikan relaksasi berupa pembebasan Pajak Penghasilan (PPh) atas dividen yang diterima oleh wajib pajak.
Dari mata uang, nilai tukar rupiah membukukan pelemahan 3 hari beruntun melawan dolar AS, setelah melemah 0,35% ke Rp 14.300/US$, level tersebut merupakan yang terlemah sejak 5 November 2020 lalu.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 20,69 poin atau 0,33% ke 6.359,20 pada akhir perdagangan Selasa. Sektor-sektor saham dengan kenaikan terbesar adalah sektor industri dasar yang naik 2,22%, sektor consumer goods naik 2,02% dan sektor manufaktur naik 1,76%. Sedangkan sektor-sektor saham dengan pelemahan terdalam adalah sektor pertambangan yang turun 2,20%, sektor infrastruktur turun 0,66% dan sektor perkebunan turun 0,60%.
Saham-saham dengan pembelian bersih terbesar asing adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Rp 92,3 miliar, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 81,6 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 77,4 miliar. Sedangkan saham-saham dengan penjualan bersih terbesar asing adalah PT Gudag Garam Tbk (GGRM) Rp 65 miliar, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) Rp 47,9 miliar dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Rp 36,8 miliar.
Dari mata uang, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali ke zona merah pada perdagangan pasar spot hari ini yaitu melemah 0,31% dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin dimana US$ 1 dibanderol Rp 14.300/US$ di pasar spot.
Setelah gagal tembus 6.300 di akhir perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya mampu menyentuh angka psikologis 6.300 di awal Maret, Senin (1/3/2021). Indeks acuan Bursa Efek Indonesia (BEI) ini naik 1,55% ke posisi 6.338,51. Investor asing pasar saham masuk ke Indonesia dengan catatan beli bersih mencapai Rp 128,62 miliar di pasar reguler. Sementara, asing mencatatkan jual bersih di pasar negosiasi dan pasar tunai sebesar Rp 62,84 miliar.
Pada perdagangan kemarin, banyak sentimen baik positif maupun negatif yang mempengaruhi pasar Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pada Februari 2021, terjadi inflasi sebesar 0,10 persen atau lebih rendah dibandingkan Januari 2021 yang sebesar 0,26 persen. Lalu, Indonesia Manufacturing PMI Index, turun dari sebelumnya 52.2 di Bulan Januari 2021, menjadi 50.90 di Februari 2021
Sementara sentimen positif datang dari pemerintah yang akan memberikan subsidi yang menjadi angin segar bagi sektor properti, yaitu akan membebaskan pajak pertambahan nilai atas penjualan rumah baru dengan harga di bawah 2 miliar rupiah ($ 140.300), sementara PPN akan dikurangi setengahnya untuk properti seharga 2 miliar hingga 5 miliar rupiah.
Dari mata uang, penutupan pasar pada perdagangan kemarin yaitu rupiah melemah ke Rp 14.250/US$. Sementara, untuk perdagangan hari ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tampaknya akan menguar di perdagangan pasar spot hari ini. Tanda-tanda apresiasi rupiah sudah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF).
Indeks tampak sedang mencoba bergerak melewati 6,310, di mana berpeluang melanjutkan penguatannya menuju resistance level di 6,395 hingga 6,435. Stochastic berada pada kecenderungan menguat. Namun jika indeks berbalik melemah berpotensi menuju support level 6,285. Hari ini diperkirakan indeks bergerak fluktuatif dengan kecenderungan menguat terbatas.
Indeks tampak sedang mencoba bertahan di atas EMA 20, di mana berpeluang melanjutkan konsolidasi dengan bergerak menguat menuju resistance level 6,310. Namun stochastic yang cenderung melemah berpotensi menghambat laju penguatan indeks yang jika berbalik melemah dapat menuju 6,200. Hari ini diperkirakan indeks kembali fluktuatif cenderung menguat terbatas.
Pada penutupan perdagangan pekan kemarin, IHSG parkir di level 6.258,75 melemah 0,51 persen atau 32,04 poin. Investor asing tercatat melakukan transaksi net sell sebesar Rp532,74 miliar jelang penutupan. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menjadi yang paling banyak dilepas asing dengan net sell Rp299,3 miliar. Saham BBCA pun turun 1,18 persen menjadi Rp33.600.
Sementara dari mata uang Rupiah, pada Senin (8/3/2021), US$ 1 dibanderol Rp 14.340/US$ di pasar spot. Rupiah melemah 0,42% dibandingkan dengan penutupan perdagangan terakhir pekan lalu. Bank Indonesia (BI) masih percaya dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada jangka menengah panjang. Meskipun dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah bergerak tanpa perlawanan terhadap dolar AS.
Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) menguat, Rabu (10/3/2021). Adapun saham yang paling banyak dibeli asing, yakni saham Bank BCA (BBCA) sebesar Rp 64 miliar, saham Merdeka Copper Gold (MDKA) sebesar Rp 35,9 miliar, dan Bank Mandiri (BMRI) sebesar Rp 30,3 miliar. Sementara saham yang paling banyak dijual asing, antara lain saham Astra International (ASII) sebesar Rp 92,4 miliar, saham United Tractors (UNTR) sebesar Rp 49,2 miliar, dan saham Charoen Pokhpand (CPIN) sebesar Rp 21,7 miliar.
Sementara itu, Di penutupan perdagangan, rupiah akhirnya berbalik melemah tipis 0,03% ke Rp 14.395/US$. Namun, meski melemah, rupiah menjadi yang terbaik di Asia hari ini. Sebab, hingga pukul 15:09 WIB semua mata uang utama Asia melemah melawan dolar AS, dan pelemahan rupiah yang paling kecil.
Indeks tampak sedang mengalami konsolidasi dan berpeluang berlanjut menuju resistance level di 6,310. Akan tetapi MACD yang cenderung melemah berpotensi menghambat laju penguatan indeks yang jika berbalik melemah dapat menuju support level 6,225. Hari ini diperkirakan indeks bergerak fluktuatif cenderung menguat terbatas.
Surplus neraca perdagangan pada bulan lalu disebabkan oleh nilai ekspor yang lebih besar daripada nilai impor. Terperinci, nilai ekspor pada bulan Februari 2021 tercatat US$ 15,27 miliar. Sementara, nilai impor pada tahun lalu sebesar US$ 13,26 miliar. Sementara dari pasar domestik, IHSG ditutup di zona merah, melemah 0,53 persen atau 33,95 poin ke level 6.324 pada akhir perdagangan kemarin Senin (15/3/2021). Sebanyak 6 sektor ditutup turun yang dipimpin oleh saham sektor industri dasar sebesar -1,25 persen dan saham infrastruktur sebesar -1,05 persen.
Sementara Indeks IDXTECHNO di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus melaju kencang dengan mencatatkan penguatan tertinggi dibandingkan indeks saham lainnya sejak diresmikan pertama kali pada awal tahun. Berdasarkan data BEI per Jumat (12/3), indeks yang berisi saham-saham teknologi ini sudah meroket 175,37%, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya naik 6,34%
Dari sisi mata uang, Mata uang rupiah pada Selasa (16/3/2021) diprediksi masih bergerak dalam tren terbatas seiring dengan masih kuatnya dolar AS. Pelaku pasar juga akan menanti keputusan suku bunga acuan dalam Federal Open Market Committee (FOMC) pada pekan ini. Pada pertemuan tersebut, The Fed diprediksi akan menahan suku bunga acuan.
Sempat dibuka menguat pada perdagangan kemarin, IHSG akhirnya ditutup melemah berada di level 6,324. Indeks tampak belum mampu melewati resistance level 6,395, di mana berpotensi mengalami konsolidasi dengan bergerak menuju support level 6,280. Akan tetapi stochastic yang cenderung menguat berpeluang menghambat laju pelemahan indeks yang jika berbalik menguat dapat menuju resistance level 6,395. Hari ini diperkirakan indeks kembali fluktuatif, cenderung melemah terbatas.
Indeks berpeluang melanjutkan penguatannya setelah bergerak melewati resistance level 6,310, di mana berpeluang menguji kembali resistance level 6,395. MACD berada pada kecenderungan menguat, namun stochastic yang mengalami overbought berpotensi menghambat laju penguatan indeks. Hari ini diperkirakan indeks bergerak fluktuatif dengan kecenderungan menguat terbatas.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 32,05 poin atau 0,51% ke level 6.258,74 pada akhir perdagangan hari ini (5/3). Indeks terpantau bergerak di kisaran 6.245,30 dan 6.307,66 setelah kemarin ditutup di level 6.290,79.
Hanya satu sektor saham yang selamat ke zona hijau yakni sektor keuangan yang naik 0,32%.
Sedangkan sembilan sektor saham lainnya masuk zona merah. Sektor-sektor saham dengan pelemahan terdalam adalah sektor pertambangan yang turun 2,78%, sektor infrastruktur turun 1,37% dan sektor industri dasar turun 1,12%.
Pengesahan paket stimulus jumbo Amerika Serikat senilai US$1,9 triliun pada akhir pekan memberikan dampak variatif bagi pasar keuangan Indonesia. Pada jangka pendek, stimulus AS diperkirakan membuat likuiditas dolar AS berpeluang membantu pasar sahham Indonesia rebound pada awal pekan ini.
Sementara dari mata uang Rupiah, rupiah melemah 0,23% dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya di Rp 14.267 per dolar AS. Dengan hasil ini, rupiah pun tercatat melemah 0,46% dalam sepekan. Pada pagi ini (Senin, 8 Maret) Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tampaknya akan melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Tanda-tanda depresiasi rupiah sudah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF).
Indeks tampak sedang mencoba bertahan di atas EMA 20, di mana berpeluang mengalami konsolidasi dan bergerak menuju resistance level 6,310. Akan tetapi stochastic yang cenderung melemah berpotensi menghambat laju pengautan indeks yang jika berbalik melemah berpotensi menuju 6,200. Hari ini diperkirakan indeks bergerak fluktuatif, cenderung menguat terbatas.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya ditutup terkoreksi pada perdagangan Selasa (16/3/2021). Transaksi bursa kembali sepi dengan nilai transaksi bursa masih terbatas yakni sebesar Rp 11,1 triliun. Investor asing kembali melakukan aksi jual di hari kedua perdagangan pekan ini, dengan nilai penjualan bersih (net sell) Rp 247 miliar di pasar reguler.
Tidak ada agenda ekonomi yang cukup signifikan di dalam negeri untuk menggerakkan peta psikologi pasar hari ini. Oleh karena itu, transaksi pasar saham cenderung sepi dengan arah penguatan yang terbatas.
Sementara, pelaku pasar menanti kepastian kebijakan moneter dan proyeksi inflasi Federal Reserve (The Fed). Bank sentral AS tersebut akan menggelar Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Meeting Committee/FOMC) yang dimulai nanti malam, diikuti pidato singkat dari bos bank sentral AS Jerome Powell.
Dari sisi mata uang, pada perdagangan Selasa, 16 Maret rupiah berbalik melemah 0,03% ke Rp 14.400/US$. Tidak hanya rupiah, semua mata uang utama Asia kecuali won Korea Selatan melemah melawan dolar AS hari ini
Indeks berpotensi kembali melanjutkan pelemahannya setelah belum mampu melewati resistance level 6,395, di mana berpotensi menuju support level 6,245 hingga 6,200. Namun stochastic yang cenderung menguat berpeluang menghambat laju pelemahan indeks. Hari ini diperkirakan indeks bergerak fluktuatif, cenderung melemah terbatas.
Indeks Harga Saham Gabungan alias IHSG hari ini diperkirakan masih melanjutkan tren bearish. IHSG ditutup melemah 0,77% di level 6.252,71 pada Selasa 23 Maret 2021.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2021 akan terkontraksi atau minus 0,1% hingga minus 1% secara tahunan (yoy). Namun di kuartal II-2021 pertumbuhan ekonomi diprediksi bakal melonjak tumbuh 7% yoy.
Dari mata uang, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tampaknya akan melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Tanda-tanda depresiasi rupiah sudah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF). Namun, rupiah akan berpotensi menguat jika didukung oleh sentimen optimisme pemerintah Indonesia dalam menjaga kinerja ekonomi ditengah pandemi virus corona. Hal tersebut terlihat dari naiknya rating utang Indonesia dari Baa3 ke Baa2 oleh lembaga pemeringkat Moody’s. Naiknya rating utang tersebut juga diikuti dengan proyeksi (outlook) stabil yang mengindikasikan kecilnya kemungkinan untuk penurunan rating.
Sempat dibuka menguat di awal perdagangan kemarin, IHSG akhirnya ditutup melemah di level 6,252. Indeks berpotensi melanjutkan pelemahannya setelah belum mampu melewati reisstance level 6,365, di mana berpotensi menguji support level 6,200 hingga 6,160. Stochastic berada di wilayah netral dengan kecenderungan melemah. Namun jika berbalik menguat dapat menuju 6,320. Hari ini diperkirakan indeks bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah terbatas.
IHSG kembali ditutup melemah pada perdagangan kemarin berada di level 6,071. Indeks berpotensi melanjutkan pelemahannya setelah belum mampu melewati EMA 50, di mana berpotensi menuju support level di 6,025 hingga 5,975. MACD cenderung melemah, namun jika indeks berbalik menguat maka berpeluang konsolidasi menuju resistance level 6,125. Hari ini diperkirakan indeks bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah terbatas.
Indeks juga sempat menguji resistance level 6,395 namun belum mampu melewatinya. Hal tersebut berpotensi membawa indeks terkoreksi dan bergerak menuju support level 6,340 hingga 6,310. Stochastic yang mengalami kejenuhan terhadap aksi beli berpotensi membawa indeks melemah. Namun jika berbalik menguat berpeluang menuju 6,435. Hari ini diperkirakan indeks fluktuatif, cenderung melemah terbatas.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 85,95 poin atau 1,35% ke 6.290,79 ada akhir perdagangan Kamis (4/3). Hanya dua sektor saham yang selamat ke zona hijau yakni sektor konstruksi dengan kenaikan 0,46% dan sektor perkebunan yang naik 0,04%. Sedangkan delapan sektor saham lainnya masuk zona merah. Sektor-sektor saham dengan pelemahan terbesar adalah sektor pertambangan yang melemah 2,87%, sektor keuangan melemah 1,79% dan sektor infrastruktur turun 1,71%.
Dari mata uang, pada Kamis (4/3/2021), US$ 1 dibanderol Rp 14.260/US$ di pasar spot. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin
IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah mengakhiri rally penguatan yang terjadi selama beberapa hari terakhir. Indeks berpotensi melanjutkan pelemahannya setelah bergerak melewati support level 6,310, di mana berpotensi menuju level berikutnya di 6,230. Stochastic yang mengalami bearish crossover berpotensi membawa indeks melemah. Namun jika indeks berbalik menguat dapat menuju 6,340. Hari ini kembali diperkirakan indeks fluktuatif, melemah terbatas.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) parkir di zona merah pada penutupan perdagangan Rabu (17/3). IHSG tercatat melemah 32,47 poin atau 0,51% ke level 6.277,23. Pelemahan paling dalam dicatatkan sektor properti dan real estat hingga 1,11%. Setelahnya disusul sektor finansial yang melorot hingga 0,93%.
Namun, ada angin segar bagi sektor infrakstruktur. Pemerintah berencana menurunkan tarif pajak penghasilan (PPh) final untuk jasa konstruksi lewat Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Perubahan Kedua atas PP Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dari Penghasilan Usaha Jasa Konstruksi. Hal ini menjadi angin segar bagi sektor infrastruktur. Tercatat pada perdagangan kemarin (Selasa, 17 Maret) IDX Infrastruktur ditutup menguat tipis +0,47%.
The Fed ekonomi AS sedang menuju pertumbuhan terkuatnya dalam hampir 40 tahun. Namun pembuat kebijakan bank sentral berjanji untuk tetap bertahan pada kebijakan moneter longgar, yang memungkinkan suku bunga rendah dan aksi gelontoran likuiditas di pasar, berlanjut.
Dari sisi mata uang, Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tampaknya akan menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Tanda-tanda apresiasi rupiah sudah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF).
Indeks tampak sedang mencoba bertahan di atas EMA 20, di mana berpeluang mengalami konsolidasi. Akan tetapi stochastic yang cenderung melemah berpotensi membawa indeks kembali terkoreksi menuju support level 6,245. Namun jika indeks berbalik menguat dapat menuju resistance level 6,325. Hari ini diperkirakan indeks bergerak fluktuatif, cenderung melemah terbatas.
Bersamaan dengan
bursa Asia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya berhasil rebound
pada perdagangan Kamis kemarin (18/3/2021 setelah melesat 1,12% ke
posisi 6.347,83. Investor asing mencatatkan beli bersih mencapai Rp
680,32 miliar di pasar reguler. Sementara, asing mencatatkan jual bersih
di pasar negosiasi dan pasar tunai sebesar Rp 58,07 miliar.
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50%.
Pada
Kamis (18/3/2021), US$ 1 dibanderol Rp 14.390/US$ di pasar spot. Rupiah
menguat 0,24% dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin.
Sebelumnya di pembukaan perdagangan rupiah menguat 0,52% ke Rp
14.350/US$.
IHSG ditutup melemah pada perdagangan kemarin berada di level 6,301. Indeks kembali melanjutkan konsolidasi dan mencoba bertahan di atas EMA 20, di mana berpeluang berlanjut dengan bergerak menuju resistance level 6,365. Stochastic berada di wilayah netral dengan kecenderungan menguat. Namun jika indeks berbalik melemah berpotensi menguji support 6,270. Hari ini diperkirakan indeks bergerak fluktuatif
Utang RI Naik 28,55% YoY. Pada perdagangan Rabu, 24 Maret, IHSG ditutup melemah –1.54% ke level 6156. Namun, asing mencatatakan beli bersih 23,7 Miliar dengan pembelian bersih terbesar pada saham BBRI dengan total transaksi beli sebanyak 116,8Miliar di harga rata-rata Rp4,685 kemudian TLKM 93,9Miliar di rata-rata harga Rp3,370. Sementara, BBCA dan BBNI harus iklas menjadi saham yang paling banyak dijual dengan masing-masing transaksi jual sebanyak 276,5 Miliar dan 64,6 Miliar.
Dari dalam negeri, terdapat sentimen yang kurang baik yaitu kementerian Keuangan mencatat jumlah utang Indonesia mencapai Rp6.361 triliun per Februari 2021. Peningkatan utang terjadi seiring dengan gencarnya penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dalam setahun terakhir.
Bila dibandingkan dengan jumlah utang pada bulan sebelumnya yang masih Rp6.233 triliun, nilainya naik Rp128 triliun atau 2,05 persen. Sementara secara tahunan, jumlah utang bertambah Rp1.412,82 triliun atau 28,55 persen dibanding Februari 2020 yang masih Rp4.948,18 triliun.
Sementara, dari mata uang rupiah, nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (24/3/2021) dengan mengakhiri perdagangan di Rp 14.420/US$ atau melemah 0,21% di pasar spot.
Data BEI mencatat, IHSG turun 0,54% ke posisi 6.122,87 pada penutupan sesi II perdagangan kemarin. Dengan demikan sudah 4 hari beruntun IHSG ambruk parah tanpa ada perlawanan. IHSG terkoreksi sejak perdagangan awal pekan Senin (22/3/21). Hanya dalam 4 hari perdagangan IHSG ambruk dari level 6.356,16 ke level 6.122,87 atau koreksi 3,68%.
Sementara, dari mata uang rupiah, Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tampaknya akan menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Tanda-tanda apresiasi rupiah sudah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF).
IHSG kembali ditutup melemah pada perdagangan kemarin berada di level 6,122. Pelemahan di bawah EMA 50 berpotensi membawa indeks kembali bergerak melemah menuju support level 6,070 hingga 6,025. Namun stochastic yang mengalami oversold berpeluang menghambat laju pelemahan indeks yang jika berbalik menguat dapat menuju resistance level 6,195. Hari ini diperkirakan indeks kembali fluktuatif dengan kecenderungan melemah terbatas.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara resmi akan mengumumkan pendirian Indonesia Battery Holding (IBH) yang bernama lengkap Indonesia Battery Corporation (IBC) yang dibentuk untuk mengelola industri baterai terintegrasi dari hulu sampai ke hilir di Tanah Air. Perusahaan holding ini nantinya terdiri dari empat perusahaan BUMN antara lain PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)/Inalum alias MIND ID, anak usahanya yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero).
Berita ini salah satu angin segar bagi bursa Indonesia. Dua emiten yang terlibat dalam holding ini langsung ditutup menguat yaitu ANTM +11.47% dan INCO +7.34%. Asing mencatatkan nett buy 295Milar, dengan top buyer saham TLKM sebesar 173,80 Miliar dan nett sell saham BBCA yakni 159,70Milar.
Sementara, dari mata uang rupiah, Rupiah masih kalah dengan dollar Amerika Serikat (AS) yakni melemah 0,07% ke level Rp 14.410/US$ pada pekan ini. Namun, pelemahan rupiah pada pekan ini mulai mengecil dibandingkan pada pekan lalu yang melemah hingga 0,14%. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tampaknya akan menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Tanda-tanda apresiasi rupiah sudah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF).
Indeks tampak sedang mencoba bergerak kembali di atas EMA 50, di mana berpeluang melanjutkan penguatannya menuju resistance level 6,245. Stochastic yang mengalami bullish crossover memberikan peluang adanya penguatan. Hari ini diperkirakan indeks kembali bergerak fluktuatif dengan kecenderungan menguat terbatas.
Pada perdagangan Selasa 30 Maret 2020, IHSG kembali ditutup melemah –1.55% ke level 6,071. Semua sektor ditutup melemah, dengan sektor IDX Industri ditutup paling melemah –2.84%.
Sementara dari transaksi asing, asing kembali melakukan transaksi jual besar-besaran dengan transaksi jual bersih (nett sell) -365,6 Miliar. Transaksi jual asing paling banyak pada saham BBRI yaitu –307,5 Miliar hingga membuat saham BBRI ditutup melemah nyaris auto reject bawah yakni –4.7% sementara transaksi beli bersih pada saham BMRI yaitu +36 Miliar namun tetap berada di teritori negatif yakni –0.8%.
Pelemahan IHSG ini, tampaknya dipengaruhi oleh beberapa sentimen baik luar maupun dalam negeri. Dari luar negeri, penyebab Wall Street kembali lesu adalah aksi jual (profit taking) saham perbankan AS, akibat terkena margin call. Beberapa saham perbankan pun ada yang mengakui terkena forced sell (jual paksa) atas posisinya di short selling (jual kosong). Sementara, fokus investor AS saat ini adalah memantau kemajuan rencana stimulus infrastruktur Presiden AS Joe Biden yang ditambah hingga US$ 3 triliun, dan akan diumumkan detailnya dalam kunjungan kerjanya ke Pittsburgh Rabu (31/3/2021) mendatang.
Sementara dari pasar domestik. BPJS Ketenagakerjaan (BPJTTK) baru saja mengumumkan akan mengurangi investasi di saham dan reksadana dan pindah ke obligasi dan investasi langsung, dalam rangka Asset Matching Liabilities (ALMA) Jaminan Hari Tua (JHT).